Fikih Hari Ini: Bab Wudu
Wudhu atau bersuci dari hadats kecil merupakan syarat sah shalat. Tanpa bersuci dari hadats kecil, shalat yang dilakukan dalam situasi normal (bukan rukhsah) tidak sah karena tidak memenuhi syarat.
Wudhu disyariatkan pada malam Isra Mi’raj sebagaimana kewajiban shalat. Wudhu disyariatkan karena shalat merupakan munajat kepada Tuhan sehingga dibutuhkan keadaan badan yang suci.
Adapun salah dalil yang mendasari perintah wudhu sebelum shalat:
Al-Qur'an surah Al-Mā'idah ayat 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.
IRAB
(يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) سبق إعرابها (إِذا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ) الجار والمجرور متعلقان بالفعل قبلهما والجملة في محل جر بالإضافة وإذا ظرف متعلق بالجواب فاغسلوا (فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرافِقِ) الجار والمجرور متعلقان بالفعل اغسلوا والواو فاعله وجوهكم مفعوله وأيديكم عطف عليها (وَامْسَحُوا بِرُؤُسِكُمْ) الجار والمجرور متعلقان بالفعل وقيل الباء زائدة للتبعيض وقيل للإلصاق (وَأَرْجُلَكُمْ) عطف على وجوهكم (إِلَى الْكَعْبَيْنِ) متعلقان بمحذوف حال من أرجلكم (وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُباً) كان واسمها وخبرها وهي في محل جزم فعل الشرط (فَاطَّهَّرُوا) الجملة في محل جزم جواب الشرط والفاء رابطة (وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضى أَوْ عَلى سَفَرٍ) الجار والمجرور متعلقان بمحذوف خبر ثان لكنتم والجملة معطوفة (أَوْ جاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ) الجار والمجرور منكم متعلقان بمحذوف صفة الفاعل أحد (مِنَ الْغائِطِ) متعلقان بالفعل جاء والجملة معطوفة (أَوْ لامَسْتُمُ النِّساءَ) كذلك عطف (فَلَمْ تَجِدُوا ماءً) مضارع مجزوم وفاعله ومفعوله والجملة معطوفة (فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً) فعل أمر وفاعل ومفعول به وطيبا صفة والجملة في محل جزم جواب الشرط.
(فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ) الجار والمجرور متعلقان بالفعل والجملة معطوفة (مِنْهُ) متعلقان بامسحوا (ما يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ) المصدر المؤول من أن المضمرة بعد لام التعليل والفعل يجعل في محل نصب مفعول به للفعل يريد عليكم متعلقان بيجعل من حرج من حرف جر زائد حرج اسم مجرور لفظا منصوب محلا على أنه مفعول به (وَلكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ) المصدر المؤول مفعول به ليريد: يريد تطهيركم وإتمام نعمته عليكم وعلى ذلك فاللام زائدة وليست جارة، ولكن حرف استدراك والجملة بعدها معطوفة على جملة (ما يُرِيدُ) المستأنفة (لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ) الجملة تعليلية وجملة (تَشْكُرُونَ) خبر.
MUFRADAT
- يَاأَيُّهَا O you
(يا) حرف نداء (أي) منادى نكرة مقصودة (ها) للتنبيه
أَيّ : siapa ? apa ? yang mana ?
التحذير : التنبيه : peringatan
ألا : حرف التنبيهِ : ingatlah
- الَّذِينَ who
الذين : الَّذين [كلمة وظيفيَّة]: اسم موصول مبهم معرفة، للجمع المذكَّر، لا يتمّ إلاّ بالصِّلة "{صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ}".
- ءَامَنُوا believe!
آمَنَ - يُؤْمِنُ بِـ : percaya akan , beriman pada
آمنَ/ آمنَ بـ/ آمنَ لـ يُؤمن، آمِنْ، مصدر إِيمَانٌ، فهو مُؤمِن، والمفعول مُؤمَن
- إِذَا When
- قُمْتُمْ you stand up
- إِلَى for
- الصَّلَوةِ the prayer,
- فَاغْسِلُوا then wash
- وُجُوهَكُمْ your faces
- وَأَيْدِيَكُمْ and your hands
- إِلَى till
- الْمَرَافِقِ the elbows
- وَامْسَحُوا and wipe
- بِرُءُوسِكُمْ your heads
- وَأَرْجُلَكُمْ and your feet
- إِلَى till
- الْكَعْبَيْنِ the ankles.
- وَإِنْ But if
- كُنْتُمْ you are
- جُنُبًا (in) a state of ceremonial impurity - فَاطَّهَّرُوا then purify yourselves.
- وَإِنْ But if
- كُنْتُمْ you are
- مَرْضَى ill
- أَوْ or
- عَلَى on
- سَفَرٍ a journey
- أَوْ or
- جَاءَ has come
- أَحَدٌ anyone
- مِنْكُمْ of you
- مِنَ from
- الْغَائِطِ the toilet
- أَوْ or
- لَامَسْتُمُ has (had) contact
- النِّسَاءَ (with) the women
- فَلَمْ and not
- تَجِدُوا you find
- مَاءً water,
- فَتَيَمَّمُوا then do
- صَعِيدًا (with) earth
- طَيِّبًا clean,
- فَامْسَحُوا then wipe
- بِوُجُوهِكُمْ your faces
- وَأَيْدِيكُمْ and your hands
- مِنْهُ with it.
- مَا Allah (does) not intend
- يُرِيدُ Allah (does) not intend
- اللَّهُ Allah (does) not intend
- لِيَجْعَلَ to make
- عَلَيْكُمْ for you
- مِنْ any
- حَرَجٍ difficulty
- وَلَكِنْ but
- يُرِيدُ He intends
- لِيُطَهِّرَكُمْ to purify you
- وَلِيُتِمَّ and to complete
- نِعْمَتَهُ His Favor
- عَلَيْكُمْ upon you
- لَعَلَّكُمْ so that you may
- تَشْكُرُونَ (be) grateful. -
TAFSIR TAHLILI
Ayat ini menerangkan cara-cara berwudu. Rukun wudu ada enam. Empat rukun di antaranya disebutkan dalam ayat ini, sedang dua rukun lagi diambil dari dalil lain. Empat macam itu ialah:
1. Membasuh muka, yaitu mulai dari rambut sebelah muka atau dahi sampai dengan dagu, dan dari telingga kanan sampai telinga kiri.
2. Membasuh dua tangan dengan air bersih mulai dari ujung jari sampai dengan dua siku.
3. Menyapu kepala, cukup menyapu sebagian kecil kepala menurut mazhab Syafi’i.184 [52]
4. Membasuh dua kaki mulai dari jari-jari sampai dengan dua mata kaki. Kesemuanya itu dengan menggunakan air. Sedang dua rukun lagi yang diambil dari hadis ialah:
a. Niat, pekerjaan hati, dan tidak disebutkan dalam ayat ini tetapi niat itu diharuskan pada setiap pekerjaan ibadah sesuai dengan hadis:
اِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيـَّاتِ (رواه البخاري ومسلم عن عمر بن الخطاب)
“Sesungguhnya segala amalan adalah dengan niat” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Umar bin al-Khaṭṭāb).
b. Tertib, artinya melakukan pekerjaan tersebut di atas sesuai dengan urutan yang disebutkan Allah dalam ayat ini. Tertib itu tidak disebut-kan dengan jelas di dalam ayat ini, tetapi demikianlah Nabi melaksanakannya dan sesuai pula dengan sabdanya yang berbunyi:
اِبْدَءُوْا بِمَا بَدَأَ الله ُ (رواه النسائي عن جابر بن عبد الله)
Mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah. (Riwayat an-Nasā’i dan Jābir bin Abdillah).
Adapun selain enam rukun itu, seperti membasuh tiga kali, berkumur
kumur adalah sunat hukumnya. Kewajiban wudu ini bukanlah setiap kali
hendak mengerjakan salat, tetapi wudu itu diwajibkan bagi seorang yang
akan salat, jika wudunya sudah batal atau belum berwudu, sesuai dengan
hadis yang berbunyi:
لاَ يَقْبَلُ الله ُصَلاَةَ اَحَدِكُمْ اِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة)
Allah tidak menerima salat salah seorang di antara kalian, apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Abu Hurairah).
Berikutnya Allah menerangkan hal-hal yang mengharuskan seseorang wajib mandi di antaranya :
a. Keluar mani;
b. Jimā’ (bersetubuh);
c. Haid;
d. Nifas;
e. Wilādah (melahirkan);
f. Mati (orang yang hidup wajib memandikan yang mati).
Orang yang terkena salah satu dari (a) sampai (e) dinamakan orang yang berhadas besar, wajib mandi dan berwudu sebelum salat. Orang yang berhadas kecil, hanya wajib berwudu saja. Kewajiban wudu disebabkan :
a. Keluar sesuatu dari lubang buang air kecil dan buang air besar;
b. Bersentuh kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram, antara keduanya tanpa pembatas;188 [53]
c. Tidur yang tidak memungkinkan seseorang tahu jika keluar angin dari duburnya;
d. Hilang akal karena mabuk, gila dan sebagainya;
e. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau menyentuh lubang dubur;
f. Murtad (keluar dari agama Islam).
Selanjutnya ayat ini menerangkan cara-cara bertayamum. Jika seseorang dalam keadaan sakit dan tidak boleh memakai air, atau dalam keadaan musafir tidak menemukan air untuk berwudu, maka wajib bertayamum dengan debu tanah. Caranya ialah dengan meletakkan kedua belah telapak tangan pada debu tanah yang bersih lalu disapukan ke muka, kemudian meletakkan lagi kedua telapak tangan ke atas debu tanah yang bersih, lalu telapak tangan yang kiri menyapu tangan kanan mulai dari belakang jari-jari tangan terus ke pergelangan sampai dengan siku, dari siku turun ke pergelangan tangan lagi untuk menyempurnakan penyapuan yang belum tersapu, sedang telapak tangan yang sebelah kanan yang berisi debu tanah jangan diganggu untuk disapukan pula ke tangan sebelah kiri dengan cara yang sama seperti menyapu tangan kanan. Demikianlah cara Nabi bertayamum.
Kemudian akhir ayat ini menjelaskan bahwa perintah berwudu dan tayamum bukanlah untuk mempersulit kaum Muslimin, tetapi untuk menuntun mereka mengetahui cara-cara bersuci, dan untuk menyempurnakan nikmat-Nya, agar kaum Muslimin menjadi umat yang bersyukur.
Imam Muslim juga meriwayatkan hadits yang menerangkan penolakan shalat tanpa bersuci.
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ
Artinya, “Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci,” (HR Muslim). Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits dengan makna serupa, yaitu penolakan shalat tanpa bersuci.
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Artinya, “Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadats sampai ia berwudhu,” (HR Bukhari dan Muslim)
Berikut lafal niat wudhu yang dapat digunakan:
Lafaz 1:
نَوَيْتُ رَفْعَ الحَدَثِ لِلهِ تَعَالَى
نَوَيْتُ فَرْضَ الوُضُوْءِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaytu fardhal wudhuu'i lillaahi ta'aalaa.
نَوَيْتُ الوُضُوْءَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaytul wudhuu'a lillaahi ta'aalaa
نَوَيْتُ الطَّهَارَةَ عَنِ الحَدَثِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaytut thahaarata anil hadatsi lillaahi ta'aalaa.
Sumber: https://islam.nu.or.id/thaharah/tata-cara-wudhu-lengkap-niat-teknis-dan-doanya-ghUvt