Renungan Perjalanan Isra’ Mi’raj tentang Gibah
Sunan Abu Daud No.4235
حدثنا ابن المصفي حدثنا بقية وابو المغيرة قالا حدثنا صفوان قال حدثني راشد بن سعد وعبد الرحمن بن جبير عن انس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لما عرج بي مررت بقوم لهم اظفار من نحاس يخمشون وجوههم وصدورهم فقلت من هؤلاء يا جبريل قال هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس ويقعون في اعراضهم قال ابو داود حدثناه يحيى بن عثمان عن بقية ليس فيه انس حدثنا عيسى بن ابي عيسى السيلحيني عن ابي المغيرة كما قال ابن المصفي
حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُصَفَّى حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ وَأَبُو الْمُغِيرَةِ قَالَا حَدَّثَنَا صَفْوَانُ قَالَ حَدَّثَنِي رَاشِدُ بْنُ سَعْدٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جُبَيْرٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ قَالَ أَبُو دَاوُد حَدَّثَنَاه يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ عَنْ بَقِيَّةَ لَيْسَ فِيهِ أَنَسٌ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ أَبِي عِيسَى السَّيْلَحِينِيُّ عَنْ أَبِي الْمُغِيرَةِ كَمَا قَالَ ابْنُ الْمُصَفَّى
Ibnu Al-Mushaffa meriwayatkan kepada kami, Baniyah dan Abu Al-Mughirah meriwayatkan kepada kami, mereka berkata: Shafwan meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Rasyid bin Sa‘d dan Abdurrahman bin Jubair meriwayatkan kepadaku dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda, "Ketika aku diangkat ke langit (pada peristiwa Isra' dan Mi'raj), aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Maka aku bertanya, 'Siapa mereka ini, wahai Jibril?' Jibril menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan mencela kehormatan mereka.'"
Abu Dawud berkata: Yahya bin Utsman meriwayatkan kepada kami dari Baniyah, tetapi dalam riwayatnya tidak disebutkan Anas. Isa bin Abi Isa As-Sailahini meriwayatkan kepada kami dari Abu Al-Mughirah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Al-Mushaffa.
PENJELASAN
Pernahkah kita membayangkan bagaimana dosa kecil yang sering kita anggap remeh berubah menjadi siksaan yang mengerikan di akhirat?
Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud diceritakan, ketika Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, Beliau melihat pemandangan yang membuat hati miris.
Betapa tidak, beliau melewati suatu kaum dengan kuku panjang dari tembaga. Namun, mereka tidak menggunakan kuku itu untuk melindungi diri, tetapi justru mereka gunakan untuk mencakar wajah dan dada mereka sendiri, mencabik kulit mereka, meneteskan darah mereka sendiri, seakan siksaan itu tak pernah berhenti.
Rasulullah Saw pun bertanya kepada Jibril:
مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ
Siapa mereka wahai Jibril?
قَالَ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
Jibril menjawab dengan suara yang berat, ‘Mereka adalah orang-orang yang dulu di dunia gemar memakan daging manusia dan mencemarkan kehormatan mereka.
Ini bukan tentang memakan daging secara nyata, melainkan tentang gibah, tentang membicarakan keburukan orang lain.
Di dunia, mereka menikmati menggunjing dan merendahkan orang lain, tapi di akhirat, tangan mereka sendirilah yang mencabik wajah mereka.
Kepedihan yang mereka timpakan kepada orang lain, kini berbalik menjadi siksaan yang harus mereka tanggung sendiri.
Betapa sering kita tanpa sadar menjatuhkan kehormatan orang lain dengan ucapan-ucapan kita?.
Kita tertawa, merasa lebih baik dari orang lain, padahal setiap kata yang kita ucapkan akan menjadi bukti di hadapan Allah.
Karena itu, sebelum lidah ini menjadi penyebab siksaan, marilah kita belajar menahan diri dari godaan setan.
Jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam, jika tidak mampu menjaga kehormatan orang lain, lebih baik menahan lisan.
Sebagaimana pepatah mengatakan, ‘Lidah lebih tajam daripada pedang. Kenapa? karena ketika pedang melukai tubuh, luka itu bisa sembuh, tetapi ketika lidah melukai hati, bisa jadi lukanya akan abadi.
Maka, selama kita masih bisa mengendalikan lisan, kita harus menjaganya, agar ia tidak menjadi penyebab penyesalan yang tiada akhir di hari pembalasan.
Semoga bermanfaat.