Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Irsyadul Adab: Keutamaan membaca Alquran (Bagian 1)




Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! (Al-‘Alaq [96]:1)

1. اِقْرَأْ (Iqra')
Arti secara bahasa: Bacalah. (Fi'il amr dari akar kata ق-ر-أ, berarti membaca, mengumpulkan, atau menyampaikan).

قرَأَ يَقرَأ، اِقْرَأْ، قِراءةً وقُرْآنًا، فهو قارئ، والمفعول مَقْروء

Kata-kata yang maknanya hampir sama:

أقرأ : جعَله يَقرَأ : membaca , mengajar , menyuruh membaca
أقرأَ يُقرئ، أقْرِئْ، إقراءً، فهو مُقْرِئ، والمفعول مُقْرَأ (للمتعدِّي)
تَلاَ - يَتْلُو : 1. mengikuti ; 2. membaca , menceritakan
تلا2 يَتلُو، اتلُ، تِلاوَةً، فهو تالٍ، والمفعول مَتْلُوّ
جوّد القارِئُ : membaca dengan memperhatikan tajwidnya
جوَّدَ يجوِّد، جَوِّدْ، تجويدًا، فهو مُجوِّد، والمفعول مُجوَّد (للمتعدِّي)
حَسَّنَ - يُحَسِّنُ : meningkatkan , membuat lebih baik , menjadikan lebih baik , mempercantik , menghiasi
حسَّنَ يحسِّن، حَسِّنْ، تحسينًا، فهو مُحسِّن، والمفعول مُحسَّن

Yang dituju: Nabi Muhammad Saw sebagai penerima pertama wahyu, dan secara umum manusia, agar membaca ayat-ayat wahyu (Al-Qur'an) maupun ayat-ayat kauniyah (alam).

Contoh: Membaca Al-Qur'an, merenungkan fenomena alam, atau memahami hukum-hukum syariat.
 
Rahasia Pemilihan Kata: "Iqra'" adalah kata pertama wahyu, menekankan pentingnya ilmu sebagai fondasi Islam. Tidak ada objek langsung setelah kata ini, memberikan makna luas untuk membaca apa saja yang mendekatkan manusia kepada Allah.

2. بِاسْمِ (Bismi)
Arti secara bahasa: Dengan nama. ("بِ" menunjukkan alat atau sarana, "اسم" berarti nama).  
Sinonim: بِذِكْرِ (dengan menyebut), بِفَضْلِ (dengan karunia).

Yang dituju: Nama Allah, mengajarkan bahwa setiap tindakan harus dimulai atas nama-Nya.

Contoh: Mengucapkan بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ sebelum membaca Al-Qur'an atau memulai aktivitas sehari-hari.  

Rahasia Pemilihan Kata: Frasa ini mengingatkan manusia bahwa membaca atau berilmu bukan semata-mata aktivitas intelektual, melainkan ibadah jika diawali dengan menyebut nama Allah.  

3. رَبِّكَ (Rabbika)
Arti secara bahasa: Tuhanmu. ("رَبّ" berarti Pemelihara, Pengatur, Pencipta; "كَ" adalah dhamir untuk "engkau").  
Sinonim: إِلَهُكَ (Tuhanmu), مَالِكُكَ (Pemilikmu).  
Antonim: عَبْدُكَ (hambamu), مَرْبُوبُكَ (yang dikuasai olehmu).

Yang dituju: Allah sebagai Rabb yang mengatur, memelihara, dan menciptakan segala sesuatu.

Contoh: Menyebut Allah sebagai "Rabb" dalam doa: رَبِّ اغْفِرْ لِي (Wahai Tuhanku, ampunilah aku).  

Rahasia Pemilihan Kata: Kata "Rabb" menekankan hubungan Allah sebagai Pengasuh dan Pemelihara, menunjukkan kedekatan dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya.  

4. الَّذِي (Alladzi)
Arti secara bahasa: Yang. (Isim maushul, kata penghubung untuk memberikan keterangan lebih lanjut).  
Sinonim: مَنْ (siapa), الَّذِي هُوَ (dia yang).  
Antonim: لاَ أَحَدَ (tidak ada seorang pun).  

Yang dituju: Allah, yang dijelaskan lebih lanjut dengan sifat-Nya sebagai Pencipta.  

Contoh: Dalam ayat ini, "alladzi" menghubungkan Allah sebagai Rabb dengan sifat-Nya menciptakan segala sesuatu.  

Rahasia Pemilihan Kata: Kata ini mempertegas keesaan Allah dan menunjukkan bahwa sifat mencipta adalah milik-Nya semata.  

5. خَلَقَ (Khalaqa)
Arti secara bahasa: Telah menciptakan. (Fi'il madhi dari akar kata خ-ل-ق, berarti menciptakan sesuatu dari ketiadaan).
خلَقَ2 يَخلُق، خَلْقًا، فهو خالِق، والمفعول مَخْلوق

Sinonim: أَنْشَأَ (membuat), جَعَلَ (menjadikan).  

Yang dituju: Allah, sebagai satu-satunya Pencipta segala sesuatu di alam semesta.  

Contoh: Allah menciptakan manusia dari tanah, makhluk hidup dari air, dan seluruh alam semesta dari ketiadaan.  

Rahasia Pemilihan Kata: Kata "khalaqa" menekankan sifat Allah sebagai Pencipta, menegaskan bahwa penciptaan adalah bukti kekuasaan dan keesaan-Nya. Kata kerja ini dalam bentuk lampau (madhi) menunjukkan bahwa penciptaan telah sempurna dan terus berlangsung.  


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ

Dia menciptakan manusia dari segumpal darah (Al-‘Alaq [96]:2)


1. خَلَقَ (Khalaqa)
Arti secara bahasa: Telah menciptakan. (Fi'il madhi dari akar kata خ-ل-ق, berarti menciptakan sesuatu dari ketiadaan).

خلَقَ2 يَخلُق، خَلْقًا، فهو خالِق، والمفعول مَخْلوق

Sinonim: أَنْشَأَ (membuat), صَوَّرَ (membentuk).  

Yang dituju: Allah sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk, termasuk manusia.  

Contoh: Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian dari air mani, hingga menjadi bentuk yang sempurna.  

Rahasia Pemilihan Kata: Kata kerja "khalaqa" menekankan bahwa penciptaan manusia adalah bukti kekuasaan Allah. Bentuk lampau (madhi) menunjukkan penciptaan ini telah sempurna dalam rencana-Nya.  

2. الْإِنْسَانَ (Al-Insan)
Arti secara bahasa: Manusia. Kata ini berasal dari akar kata أ-ن-س yang berarti "mengenal," "bersosialisasi," atau "makhluk yang memiliki keakraban."

أنِسَ - يَأْنِسُ : menjadi ramah
أنَسَ - يَأنُسُ : menjamu , menghibur

Atau berarti makhluk yang suka lupa dari kata nasiya

نَسِيَ - ينسي : melupakan

Sinonim: الْبَشَرُ (manusia), النَّفْسُ (jiwa manusia).


 
Yang dituju: Manusia secara umum sebagai makhluk Allah yang mulia, diciptakan dengan sifat jasmani dan ruhani.  
Contoh: Manusia disebut dalam Al-Qur'an sebagai makhluk yang diciptakan untuk mengabdi kepada Allah (QS Adz-Dzariyat: 56).  
Rahasia Pemilihan Kata: Penggunaan "الإنسان" menegaskan keistimewaan manusia dibandingkan makhluk lain. Kata ini mengingatkan akan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.  


3. عَلَقٍ (Alaq)
Arti secara bahasa: Segumpal darah. Kata ini berasal dari akar kata ع-ل-ق yang berarti "melekat" atau "bergantung."

عَلِقَ - يعْلقُ : menyangkut , melekat , bergantung pada , berpegang pada

علِقَ/ علِقَ بـ/ علِقَ في يَعلَق، اِعْلَقْ، عُلوقًا وعَلَقًا، فهو عالق، والمفعول مَعْلوق

Sinonim: نُطْفَةٌ (air mani), مُضْغَةٌ (segumpal daging).  

Yang dituju: Tahap awal penciptaan manusia dalam rahim ibu, yaitu segumpal darah yang melekat pada dinding rahim.
 
Contoh: Proses penciptaan manusia dijelaskan secara detail dalam QS Al-Mu’minun: 12-14.  

Rahasia Pemilihan Kata: Pemilihan kata "alaq" menegaskan keajaiban penciptaan manusia dari sesuatu yang kecil, tidak berarti, dan sederhana. Kata ini juga mencerminkan ketergantungan manusia kepada Allah sejak awal kehidupannya.  


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, (Al-‘Alaq [96]:3)

1. اِقْرَأْ (Iqra')
Arti secara bahasa: Bacalah. (Fi'il amr dari akar kata ق-ر-أ, berarti membaca, mengumpulkan, atau menyampaikan).  
Sinonim: تَلَا (membaca), عَلِمَ (belajar atau mengetahui).  

Siapa atau apa yang dituju:
- Nabi Muhammad Saw sebagai penerima wahyu pertama.  
- Manusia secara umum, diperintahkan untuk membaca, memahami, dan merenungkan wahyu Allah serta ciptaan-Nya.  
Contoh: Membaca Al-Qur'an atau mempelajari ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah.  

Rahasia Pemilihan Kata:
- Penggunaan perintah "اِقْرَأْ" menekankan pentingnya membaca sebagai pintu masuk ke dalam ilmu pengetahuan dan spiritualitas.  
- Tidak disebutkan objek (apa yang harus dibaca), sehingga cakupan perintah ini luas, mencakup wahyu Allah (Al-Qur'an) maupun tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta.  

3. رَبُّكَ (Rabbuka)
Arti secara bahasa: Tuhanmu. ("رَبّ" berasal dari akar kata ر-ب-ب, yang berarti pemelihara, pengatur, pencipta, dan penguasa; "كَ" adalah dhamir untuk Nabi Muhammad Saw).

رَبّ [مفرد]: ج أرباب (لغير المصدر) ورُبوب (لغير المصدر)، مؤ ربَّة (لغير المصدر)، ج مؤ ربّات (لغير المصدر) ورِباب (لغير المصدر):

مصدر رَبَّ
ربّ الشيءَ : ملَكه : memiliki
ربّ الشيءَ : جمَعه : mengumpulkan
ربّ الأمرَ : أصلحه : memperbaiki
ربّ النِعمةَ : زادها : menambah
ربّ و تربّب و ارتبّ الصَبِيَّ : memelihara , mengasuh , mendidik


Sinonim: إِلَهُكَ (Tuhanmu), خَالِقُكَ (Penciptamu).  
Antonim: عَبْدُكَ (hambamu), مَرْبُوبُكَ (yang dikuasai olehmu).  

Siapa atau apa yang dituju: Allah, sebagai Rabb (Pemelihara dan Penguasa) seluruh makhluk, terutama manusia.  
Contoh: Dalam doa, kata "رَبّ" sering digunakan untuk menunjukkan hubungan kedekatan dengan Allah, seperti dalam doa رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku).  

Rahasia Pemilihan Kata:
- "رَبّ" menunjukkan sifat Allah yang dekat dengan manusia dan memelihara mereka sejak penciptaan hingga kematian.  
- Menegaskan hubungan hamba dengan Tuhannya, mengingatkan manusia untuk bergantung kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan.  

4. الْأَكْرَمُ (Al-Akramu)
Arti secara bahasa: Yang Mahamulia. (Isim tafdhil dari akar kata ك-ر-م yang berarti mulia, dermawan, atau pemurah).  

جمع: أكَارِمُ. [ك ر م]. (أفْعَلُ التَّفْضِيلِ).
أكرمُ [مفرد]: اسم تفضيل من كرُمَ
كرُمَ يَكرُم، كَرَمًا وكرامةً، فهو كريم
كرُم ـُـ كَرَمًا وكرامةً : mulia , murah hati , dermawan

Sinonim: الْكَرِيمُ (Yang Pemurah), الْمُجِيدُ (Yang Mahamulia).  

Siapa atau apa yang dituju: Allah, sebagai pemilik sifat kemuliaan yang tiada tandingannya.  
Contoh: Allah menunjukkan kemuliaan-Nya dengan memberikan ilmu, menciptakan manusia, dan memberikan petunjuk melalui wahyu.  
Rahasia Pemilihan Kata:

- Pemilihan kata "الأكرم" (bentuk superlatif) menunjukkan bahwa kemuliaan Allah tak tertandingi.  
- Menginspirasi manusia untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan menyadari kemurahan-Nya dalam memberikan ilmu, petunjuk, dan nikmat lainnya.  


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ


yang mengajar (manusia) dengan pena. (Al-‘Alaq [96]:4)

2. عَلَّمَ (Allama)
Arti secara bahasa: Mengajarkan. (Fi'il madhi dari akar kata ع-ل-م, yang berarti ilmu, pengetahuan, atau pengajaran). 

علَّمَ/ علَّمَ على يعلِّم، عَلِّمْ، مصدر تَعْلِيمٌ، فهو مُعلِّم، والمفعول مُعلَّم

عَلَّمَ - يُعَلِّمُ : memberi pelajaran , mengajar , memberitahu , menginstruksikan , mendidik

علِمَ/ علِمَ بـ يَعلَم، عِلْمًا، فهو عالِم، والمفعول معلوم
عَلِمَ - يَعْلَمُ : mengetahui , menjadi sadar akan , mengenali , menemukan


Sinonim: أَدَّبَ (mendidik), أَرْشَدَ (membimbing).  
Antonim: جَهَّلَ (membiarkan bodoh), أَغْفَلَ (mengabaikan).  

Siapa atau apa yang dituju:
- Allah sebagai pengajar utama ilmu kepada manusia.  
- Manusia sebagai penerima ilmu melalui berbagai cara, salah satunya adalah pena (qalam).

Contoh: Allah mengajarkan manusia berbagai ilmu pengetahuan melalui wahyu, pena, dan ciptaan-Nya di alam semesta.

Rahasia Pemilihan Kata:
- "عَلَّمَ" digunakan untuk menunjukkan peran aktif Allah sebagai sumber ilmu.  
- Kata ini menunjukkan pentingnya pengajaran sebagai sarana Allah memuliakan manusia dibanding makhluk lainnya.  


3. بِالْقَلَمِ (Bil-Qalam)
Arti secara bahasa: Dengan pena. ("بِ" menunjukkan alat atau media, sedangkan "الْقَلَمِ" berarti pena).

قلَم [مفرد]: ج أقْلام
  

Sinonim: بِالْكِتَابَةِ (dengan tulisan), بِالْمَعْرِفَةِ (dengan ilmu).  
Antonim: بِالْجَهْلِ (dengan kebodohan), بِالصَّمْتِ (dengan diam).

Siapa atau apa yang dituju:
- Pena sebagai alat utama yang digunakan untuk mencatat dan menyampaikan ilmu.  
- Manusia yang menggunakan pena sebagai sarana penyebaran ilmu dan informasi.

Contoh: Pena digunakan untuk menulis Al-Qur'an, ilmu pengetahuan, atau catatan sejarah, yang semuanya menjadi sarana belajar dan memahami kebesaran Allah.  

Rahasia Pemilihan Kata:
- "الْقَلَمِ" dipilih karena pena adalah simbol peradaban, alat penting dalam menyebarkan ilmu.  
- Penyebutan pena menegaskan bahwa ilmu tidak hanya didapat secara lisan, tetapi juga melalui media tulis yang dapat diwariskan lintas generasi.  

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Al-‘Alaq [96]:5)

1. عَلَّمَ (Allama)
Arti secara bahasa: Mengajarkan. (Fi'il madhi dari akar kata ع-ل-م, yang berarti ilmu, pengetahuan, atau pengajaran).  
Sinonim: أَرْشَدَ (membimbing), أَدَّبَ (mendidik).  
Siapa atau apa yang dituju:
 - Allah sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.  
 - Manusia sebagai penerima ilmu yang diajarkan Allah melalui wahyu, alam semesta, dan pengalaman.  

Contoh: Allah mengajarkan manusia pengetahuan tentang agama melalui wahyu dan ilmu duniawi melalui pengamatan dan pengalaman.  

Rahasia Pemilihan Kata:
- Kata "عَلَّمَ" menunjukkan peran aktif Allah sebagai pengajar utama.  
- Menunjukkan bahwa ilmu adalah karunia Allah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.  


2. الْإِنسَانَ (Al-Insan)
Arti secara bahasa:** Manusia. (Kata benda yang berasal dari akar kata أ-ن-س, yang dapat berarti kedekatan, kelembutan, atau keterhubungan).  
Sinonim: الْبَشَرُ (manusia secara fisik), النَّاسُ (umat manusia secara umum).

Siapa atau apa yang dituju:
- Manusia secara umum, yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang diberi akal untuk belajar dan memahami.  

Contoh: Manusia yang belajar membaca, menulis, atau mempelajari ilmu agama dan duniawi.  

Rahasia Pemilihan Kata:
- Penyebutan "الْإِنسَانَ" menunjukkan perhatian Allah kepada manusia sebagai makhluk mulia yang diberi potensi belajar.  
- Menekankan hubungan erat antara manusia dan Allah sebagai pengajar utama.  


3. مَا (Ma)
Arti secara bahasa: Apa. (Isim maushul, mengacu pada sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya).  
Sinonim: شَيْءٌ (sesuatu).  

Siapa atau apa yang dituju:
- Merujuk pada ilmu atau pengetahuan yang belum dimiliki manusia sebelumnya.  

Contoh: Pengetahuan tentang agama, ilmu pengetahuan alam, atau teknologi yang Allah ajarkan kepada manusia secara bertahap.  

Rahasia Pemilihan Kata:
- "مَا" menyoroti keluasan ilmu yang Allah ajarkan, mencakup semua hal yang sebelumnya tidak diketahui manusia.  
- Menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya tidak mengetahui apa-apa tanpa bantuan Allah.  

4. لَمْ (Lam)
Arti secara bahasa: Tidak. (Huruf nafi untuk menyatakan sesuatu yang tidak terjadi di masa lalu).  

Siapa atau apa yang dituju:
- Digunakan untuk menekankan keadaan manusia sebelum diajarkan oleh Allah, yaitu dalam keadaan tidak tahu apa-apa.  

Contoh: Sebelum menerima wahyu, Nabi Muhammad Saw tidak mengetahui isi Al-Qur'an atau hukum syariat secara lengkap.  

Rahasia Pemilihan Kata:
- "لَمْ" menunjukkan bahwa tanpa pengajaran dari Allah, manusia adalah makhluk yang tidak tahu apa-apa.  
- Mengingatkan manusia untuk bersyukur atas ilmu yang diajarkan Allah.  


5. يَعْلَمْ (Ya'lam)
Arti secara bahasa: Mengetahui. (Fi'il mudhari’ dari akar kata ع-ل-م, yang berarti ilmu atau pengetahuan).  
Sinonim: يَفْهَمُ (memahami), يُدْرِكُ (menyadari).  
Antonim: يَجْهَلُ (tidak mengetahui), يُنْكِرُ (mengingkari).  

Siapa atau apa yang dituju:
Manusia sebagai subjek yang diajarkan Allah untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak dia ketahui.  

Contoh: Manusia belajar membaca, menulis, atau memahami hukum-hukum Allah setelah diajarkan.  
Rahasia Pemilihan Kata:
- Kata "يَعْلَمْ" menegaskan bahwa pengetahuan manusia berasal dari Allah.  
- Menunjukkan bahwa ilmu manusia berkembang bertahap sesuai kehendak Allah.  


Kesimpulan



Berikut adalah penjelasan dengan poin-poin mengenai kaidah ilmu mantiq yang bisa diambil dari Surat Al-‘Alaq ayat 1-5:


1. Proses Pembelajaran Dimulai dengan Membaca  

الْآيَةُ الْأُولَى (إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ) تَعَلَّمَ أَهَمِّيَّةَ الْقِرَاءَةِ كَأَسَاسٍ لِلْمَعْرِفَةِ . وَهَذَا يَعْنِي أَنَّ الْقِرَاءَةَ هِيَ الْأَسَاسُ فِي الْحُصُولِ عَلَى الْمَعْرِفَةِ .

Ayat pertama (إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ) mengajarkan pentingnya membaca sebagai dasar pengetahuan. Artinya membaca adalah dasar dalam memperoleh pengetahuan.

2. Pemahaman Dasar tentang Ciptaan 

اَلْآيَةُ الثَّانِيَةُ ( خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عِلَقٍ ) تَكْشِفُ عَنْ عَمَلِيَّةِ الْخَلْقِ الْأَوَّلِ لِلْإِنْسَانِ مِنْ نُطْفَةٍ . تَتَضَمَّنُ هَذِهِ الْآيَةُ مَعْنَى أَنَّ عَمَلِيَّةَ التَّعَلُّمِ يَجِبُ أَنْ تَبْدَأَ بِفَهْمِ الْأَسَاسِيَّاتِ أَوَّلًا قَبْلَ فَهْمِ الدُّرُوسِ الْمُعَقَّدَةِ .

Ayat kedua (خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ) mengungkapkan proses penciptaan awal manusia dari segumpal darah. Ayat ini mengandung makna bahwa proses belajar itu harus dimulai dari memahami pelajaran yang dasar-dasar terlebih dahulu sebelum memahami pelajaran yang kompleks.

3. Ilmu Harus Diajarkan dengan Metode yang Teratur  

اَلْآيَةُ الثَّالِثَةُ (إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ) تُؤَكِّدُ أَنَّ التَّعَلُّمَ يَجِبُ أَنْ يَتِمَّ بِتَوَاضُعٍ وَاتِّبَاعِ تَوْجِيهِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَتَوْجِيهِ الْمُعَلِّمِ الصَّالِحِ وَالدَّقِيقِ . وَهَذَا يُوَضِّحُ أَهَمِّيَّةَ أَنْ تَتِمَّ عَمَلِيَّةُ التَّعَلُّمِ بِشَكْلٍ مُنَظَّمٍ مِنْ خِلَالِ تَوْجِيهِ الْمُعَلِّمِ .

Ayat ketiga (إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ) menegaskan bahwa pembelajaran harus dilakukan dengan kerendahan hati dan mengikuti petunjuk Allah serta bimbingan guru yang shaleh dan tepat. Ini menggambarkan pentingnya proses belajar dilakukan dengan teratur melalui bimbingan guru.

4. Penggunaan Alat untuk Menyampaikan Pengetahuan

الْآيَةُ الرَّابِعَةُ (الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ) تَعَلَّمَ أَنَّهُ لِتَسْهِيلِ عَمَلِيَّةِ التَّعَلُّمِ ، يَجِبُ أَنْ يَتِمَّ نَقْلَ الْعِلْمِ مِنْ خِلَالِ أَدَوَاتٍ مِثْلِ الْقَلَمِ . الْقَلَمُ هُوَ رَمْزٌ لِلطَّرِيقَةِ الْمُسْتَخْدَمَةِ لِدِرَاسَةِ شَيْءٍ مَا بِشَكْلٍ مُنَظَّمٍ .

Ayat keempat (الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ) mengajarkan bahwa untuk mempermudah pembelajaran, Ilmu pengetahuan harus disampaikan melalui alat seperti pena. Pena adalah simbol dari metode yang digunakan untuk mempelajari sesuatu secara sistematis.

5. Proses Belajar akan mendapatkan Ilmu yang Belum Diketahui 

الْآيَةُ الْأَخِيرَةُ (عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ) تُشِيرُ إِلَى أَنَّ عَمَلِيَّةَ التَّعَلُّمِ سَتُؤَدِّي إِلَى الْحُصُولِ عَلَى مَا لَمْ يَكُنْ مَعْرُوفًا مِنْ اللَّهِ . وَهَذَا يُؤَكِّدُ أَنَّهُ مِنْ خِلَالِ التَّعَلُّمِ يَحْصُلُ الْإِنْسَانُ عَلَى عِلْمٍ أَعْمَقَ وَغَيْرِ مَحْدُودٍ مِمَّا لَمْ يَكُنْ يَعْرِفُهُ مِنْ قَبْلُ .

Ayat terakhir (عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ) menunjukkan bahwa proses belajar akan mendapatkan sesuatu dari allah yang sebelumnya belum diketahui. Ini menegaskan bahwa dengan belajar akan mendapatkan ilmu yang lebih mendalam dan tidak terbatas yang sebelumnya tidak tahu.