Kisah Sang Dermawan dan Pencuri
Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang dermawan kaya bernama Malik yang terkenal suka bersedekah. Setiap hari, ia membagikan makanan dan uang kepada orang miskin di alun-alun. Dan orang-orang tidak tahu bahwa sebagian hartanya didapat dengan cara yang tidak halal. Namun, semua itu dilakukan dengan niat untuk menunjukkan kekayaannya. Malik selalu memastikan banyak orang menyaksikan aksinya, bahkan ia memerintahkan pengawalnya mengumumkan, "Lihatlah kemurahan hati Tuan Malik!"
Di sisi lain, ada seorang pemuda bernama Harun yang hidup dalam kemiskinan. Suatu hari, ketika keluarganya kelaparan, ia terpaksa mencuri sepotong roti dari pasar untuk memberi makan anak-anaknya. Meskipun hatinya diliputi rasa bersalah, ia menangis dalam doa malamnya, memohon ampun kepada Allah, dan berjanji akan bekerja keras untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Suatu hari, seorang sufi terkenal datang ke kota itu. Ia mengamati Malik yang bersedekah dengan penuh kebanggaan, dan Harun yang menyendiri, menangis dalam doa. Orang-orang bertanya kepada sufi itu, "Apa pendapatmu tentang kemurahan hati Malik?"
Sang sufi menjawab dengan tenang, "Mencuri seperti Harun lebih baik daripada bersedekah seperti Malik."
Orang-orang terkejut dan bertanya mengapa ia berkata demikian.
Sang sufi menjelaskan, "Harun mencuri karena kebutuhan, tetapi hatinya penuh penyesalan, dan ia telah memohon ampun kepada Allah. Sedangkan Malik bersedekah, tetapi niatnya untuk pamer dan mencari pujian manusia. Dalam pandangan Allah, niat dan keikhlasan lebih utama daripada bentuk lahiriah perbuatan."
Pesan kisah ini adalah bahwa niat di balik perbuatan lebih penting daripada sekadar bentuk lahirnya. Allah melihat ke dalam hati manusia, bukan hanya amal yang tampak di luar.
Semoga bermanfaat.