Muhasabah Diri Akhir Tahun 2024
Definisi:
مُحَاسَبَة : laporan , pembukuan , perhitungan , akuntansi
مُحاسَبَة [مفرد]: ج محاسبات:
1- مصدر حاسبَ/ حاسبَ على.
حاسبَ/ حاسبَ على يحاسب، حاسِبْ، مصدر مُحاسَبَةٌ، حِسابٌ، فهو محاسِب، والمفعول محاسَب
حَاسَبَ - يُحَاسِبُ : menjaga tanggung jawab dengan , meminta keterangan , memegang tanggung jawab
KBBI:
mu·ha·sa·bah Ar n introspeksi
introspeksi n mawas diri;
berintrospeksi v bercermin, berkaca, bermawas diri, mengoreksi diri
Dalil tentang pentingnya muhasabah diri dapat ditemukan baik dalam hadis maupun Al-Qur'an:
1. Al-Qur'an
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Ḥasyr [59]:18)
IRAB:
(يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) سبق إعرابها (اتَّقُوا اللَّهَ) أمر وفاعله ومفعوله والجملة ابتدائية لا محل لها، (وَلْتَنْظُرْ) مضارع مجزوم بلام الأمر والجملة معطوفة على ما قبلها (نَفْسٌ) فاعل (ما) مفعول به (قَدَّمَتْ) ماض فاعله مستتر والجملة صلة ما (لِغَدٍ) متعلقان بالفعل، (وَاتَّقُوا اللَّهَ) معطوفة على ما قبلها، (إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ) إن واسمها وخبرها والجملة تعليل (بِما) متعلقان بخبير (تَعْمَلُونَ) مضارع مرفوع والواو فاعله والجملة صلة.
PENJELASAN:
Ayat ini mengandung dalil pentingnya muhasabah diri sebagai berikut:
1. Perintah untuk Beriman dan Bertakwa kepada Allah:
Ayat ini dimulai dengan perintah untuk beriman dan bertakwa kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa keimanan dan ketakwaan adalah dasar utama dalam menjalani kehidupan.
آمنَ/ آمنَ بـ/ آمنَ لـ يُؤمن، آمِنْ، مصدر إِيمَانٌ، فهو مُؤمِن، والمفعول مُؤمَن
آمَنَ - يُؤْمِنُ بِـ : percaya akan , beriman pada
اتَّقى/ اتَّقى بـ يَتَّقِي، اتَّقِ، اتِّقاءً وتُقاةً وتُقْيةً، فهو مُتَّقٍ، والمفعول مُتَّقًى
اِتَّقَى - يَتَّقِيْ : waspada , berhati - hati , menghindari , mencegah
Takwa kepada Allah tidak hanya meliputi ibadah, tetapi juga dalam hal muhasabah diri, untuk memastikan bahwa setiap amal kita sesuai dengan ajaran-Nya.
2. Mengajak untuk Melakukan Muhasabah:
"وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ" mengandung perintah untuk memeriksa (muhasabah) amal perbuatan yang telah kita lakukan, khususnya untuk masa depan, yaitu kehidupan akhirat.
Muhasabah diri adalah introspeksi terhadap amal yang telah dilakukan dan mempersiapkan amal yang lebih baik untuk masa depan, sebagai persiapan untuk hari kiamat.
نَظَرَ - ينظر إِلَى : melihat , memandang , mengamati , menatap
نظَرَ/ نظَرَ إلى/ نظَرَ بـ/ نظَرَ في/ نظَرَ لـ يَنظُر، اُنْظُرْ، مصدر نَظَرٌ، فهو ناظر، والمفعول مَنْظور (للمتعدِّي)
قَدَّمَ - يُقَدِّمُ : memajukan , mengajukan , menawarkan , menyajikan , mengeluarkan , memperlihatkan , menunjukkan , mengunjukkan
قدَّمَ/ قدَّمَ لـ يقدِّم، قَدِّمْ، مصدر تَقْدِيمٌ، فهو مُقدِّم، والمفعول مُقدَّم (للمتعدِّي)
3. Tanggung Jawab Pribadi:
"وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ" menunjukkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk melakukan muhasabah. Ini mengajarkan bahwa tidak ada yang bisa menggantikan kita dalam melakukan introspeksi terhadap perbuatan kita.
4. Pentingnya Menyadari Pengetahuan Allah:
"إِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ" menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan kita.
خَبير [مفرد]: ج خُبَراءُ:
1- صفة مشبَّهة تدلّ على الثبوت من خبَرَ وخبُرَ/ خبُرَ بـ
خبَرَ يَخبُر، خُبْرًا وخِبْرَةً، فهو خابِر وخبير، والمفعول مَخْبور
خبُرَ/ خبُرَ بـ يخبُر، اُخْبُرْ، مصدر خِبْرَةٌ، فهو خبير، والمفعول مَخْبُور به
صفة مشبَّهة adalah istilah dalam ilmu nahwu (tata bahasa Arab) yang menunjukkan sifat tetap atau permanen yang dimiliki oleh subjek.
خَبَرَ - يَخْبُرُ - خُبْرًا - خِبْرَةً : mengetahui dengan percobaan
خَبُرَ - يَخْبُرُ - خُبْرَةً : mengetahui dengan sebenar - benarnya
عمِلَ/ عمِلَ بـ/ عمِلَ على/ عمِلَ في/ عمِلَ لـ يَعمَل، اِعْمَلْ، مصدر عَمَلٌ، فهو عامل، والمفعول معمول
عَمِلَ - يَعْمَلُ : melakukan , berbuat , bertindak , bekerja , berlaku , melaksanakan , menyelesaikan , memproduksi , bertugas , berfungsi , beroperasi , berjalan , berusaha
Ini mempertegas bahwa tidak ada amal yang tersembunyi dari pengawasan Allah, sehingga kita perlu melakukan muhasabah diri untuk memastikan bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan petunjuk-Nya.
5. Menghindari Penyesalan di Akhirat:
Ayat ini mengingatkan bahwa persiapan yang kita lakukan di dunia akan berpengaruh pada kehidupan akhirat.
Dengan muhasabah diri, kita bisa memperbaiki kesalahan, meningkatkan kualitas amal, dan memastikan bahwa kita mempersiapkan diri dengan baik untuk hari esok (akhirat), agar tidak menyesal di hadapan Allah.
Secara keseluruhan, ayat ini memberikan petunjuk yang jelas tentang pentingnya muhasabah diri sebagai cara untuk menjaga kualitas amal, bertakwa kepada Allah, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih baik di akhirat.
2. Hadis
Sunan_Tirmidzi/2383:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Waki', telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus dari Abu Bakr bin Abi Maryam, dan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdul Rahman, telah mengabarkan kepada kami Amru bin Awn, telah mengabarkan kepada kami Ibnul Mubarak dari Abu Bakr bin Abi Maryam dari Dhamrah bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menilai dirinya sendiri dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." Beliau berkata, "Hadith ini hasan."
Makna dari perkataan beliau "menilai dirinya" adalah melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap diri sendiri di dunia sebelum dihitung di hari kiamat. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, beliau berkata, "Hasilkanlah perhitungan terhadap dirimu sendiri sebelum kamu diperhitungkan, dan bersiaplah untuk hari perhitungan yang lebih besar." Diriwayatkan juga dari Maymun bin Mihran, beliau berkata, "Tidaklah seorang hamba disebut bertakwa hingga ia menghitung dirinya sendiri sebagaimana ia menghitung apa yang menjadi bagiannya seperti makanan dan pakaiannya." (Sunan Tirmidzi, Hadis 2383)
Hukum Muhasabah Diri
Berikut adalah hukum muhasabah diri berdasarkan kajian kaidah Ushul Fiqih:
1. Dalil Perintah (الأمر يقتضي الوجوب):
Ayat ini memuat perintah dalam bentuk kalimat: "وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ" (Hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok).
Dalam kaidah ushul fiqih, perintah secara asal menunjukkan kewajiban (al-amru lil wujub) kecuali ada dalil lain yang mengubahnya menjadi sunnah. Oleh karena itu, melakukan muhasabah diri menjadi wajib bagi setiap individu untuk mempersiapkan kehidupan akhirat.
2. Kaidah: "ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب" (Apa yang tidak sempurna kewajiban tanpanya, maka hal itu menjadi wajib):
Bertakwa kepada Allah adalah kewajiban yang disebutkan dalam ayat: "اتَّقُوا اللّٰهَ".
Untuk mewujudkan ketakwaan, seseorang perlu mengetahui amal-amalnya, memperbaiki kesalahan, dan mempersiapkan amal shaleh untuk masa depan. Ini hanya dapat dilakukan dengan muhasabah diri.
Berdasarkan kaidah ini, muhasabah diri menjadi wajib karena merupakan sarana untuk mencapai ketakwaan.
Semoga bermanfaat.