Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Khotbah Jumat: Dibalik Beratnya Tanggung Jawab Seorang Ayah


KHOTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ، أَمَّا بَعْدُ.
أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.

Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.

Alhamdulillah, marilah kita panjatkan rasa syukur dan pujian hanya untuk Allah Yang Maha Esa, yang telah memberi kehidupan, nikmat, dan rahmat-Nya yang tiada tara.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, baginda Nabi Muhammad Saw, nabi yang mulia, yang menunjukkan jalan yang benar dalam setiap langkah kita. Tak lupa juga kepada keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan jamaah semuanya, marilah kita selalu bertaqwa kepada-Nya, dengan menjaga keimanan dan amal ibadah kita, agar hidup kita penuh berkah dan terhindar dari bencana yang nyata.

Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.
 
Dalam Hadis Shahih Bukhari No. 5514 disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik (berteman baik denganku)?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Lalu siapa?' Beliau menjawab, 'Ayahmu.'"

Hadis ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan seorang ibu dalam Islam. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa peran ayah bisa dianggap ringan. Justru di balik ketegasan singkatnya penyebutan ayah dalam hadis tersebut, tersimpan tanggung jawab besar yang dipikulnya dibandingkan seorang ibu, apa saja tanggung jawab beratnya:


1. Seorang ayah harus melindungi keluarganya dari siksa neraka

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-taḥrīm [66]:6)

Kata قُوا dalam ayat ini adalah bentuk fi'il amr jamak mudzakkar (kata kerja perintah) yang khusus ditujukan kepada laki-laki, dari akar kata:
وقَى يَقِي، قِ/ قِهْ، مصدر وِقَايَةٌ، وَقْيٌ، فهو واقٍ، والمفعول مَوقِيّ
وَقَى ، وَقًى : memelihara , melindungi , menjaga , menaungi

Secara gramatikal, kata قُوا menunjukkan bahwa yang dipanggil dan diperintah secara langsung adalah laki-laki bukan perempuan. Ini mengisyaratkan bahwa tanggung jawab utama menjaga keluarga dari neraka sepenuhnya dibebankan kepada ayah bukan ibu.

Kata قُوا tidak sekadar menyuruh "memberi tahu" atau "mengingatkan" keluarganya, tetapi memerintahkan untuk aktif melindungi seperti perisai di medan perang. Artinya, ayah harus menjadi tameng spiritual bagi keluarganya dari murka Allah.

Sehingga tugas ayah tidak hanya masalah urusan duniawi (mencari nafkah), tetapi berkaitan langsung dengan keselamatan akhirat. Ini tentu beban luar biasa yang tidak dibebankan secara eksplisit dalam bentuk perintah kepada ibu.


2. Seorang ayah tidak hanya memimpin keluarga tetapi sekaligus menafkahinya

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam An-Nisā' [4]:34: 

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا


Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (An-Nisā' [4]:34)


Kata قَوَّامُونَ berasal dari akar kata:
قَوّام [مفرد]:
1- صيغة مبالغة من قامَ/ قامَ إلى/ قامَ بـ/ قامَ على/ قامَ لـ: "رجلٌ قوَّامٌ في الليل".

قامَ/ قامَ إلى/ قامَ بـ/ قامَ على/ قامَ لـ يَقُوم، قُمْ، مصدر قِيَامٌ، قَوْمٌ، قَامَةٌ، فهو قائم وقيِّم، والمفعول مَقوم

قَامَ - يَقُوْمُ : 1. naik , bangun , berdiri ; 2. berangkat , pergi duluan , lepas landas , mulai , meninggalkan

Kata قَامَ – يَقُومُ yang berarti "berdiri", lalu berkembang maknanya menjadi "menegakkan, memimpin, mengurus, dan bertanggung jawab".

Kata قَوَّامُونَ merupakan bentuk صِيغَةُ المُبَالَغَةِ (sighat mubalaghah) dari isim fail قَائِم artinya menunjukkan intensitas dan konsistensi, sehingga قَوَّام berarti orang yang terus-menerus berdiri menunaikan tanggung jawab beratnya.

Sehingga makna قَوَّامُونَ menunjukkan bahwa laki-laki (ayah/suami) adalah pemimpin penuh dan selalu aktif, bukan sesekali, tapi secara terus-menerus memimpin.

Kemudian pada ayat:

بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya

Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab besar itu datang bersama keutamaan tertentu dan pengorbanan harta. Jadi, ayah dituntut memimpin sekaligus menafkahi, sehingga seorang ayah memiliki dua beban berat dalam satu waktu yaitu memimpin sekaligus menafkahi.


3. Seorang Ayah selain pemimpin rumah kekaligus pemimpin keluarga

Shahih Bukhari 2546: 

 حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّخْتِيَانِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ 

قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ

Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad As-Sakhtiyani, telah mengabarkan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az-Zuhri, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Salim dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Ibnu Umar berkata: Aku mengira beliau juga bersabda: Laki-laki adalah pemimpin atas harta ayahnya. (HR. Bukhari)


Berdasarkan hadis tersebut, satu tugas berat ayah dibanding ibu berdasarkan kajian bahasa dari hadis ini terletak pada penggunaan kata:
الرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ
Laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya

Kata "فِي" dalam bahasa Arab menunjukkan kedalaman dan keterikatan posisi lebih dari sekadar “atas”, Artinya, ayah tidak hanya bertanggung jawab lahiriah, tetapi secara total terhadap kehidupan keluarga dari dalam.

Kemudian Kata "أَهْلِهِ" mencakup: Istri, Anak-anak, dan Tanggungannya. Kata ini menunjukkan cakupan lebih luas dibanding yang digunakan pada bagian ibu.

وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ
Dan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya” 

Sehingga dapat dipahami, fokus tanggung jawab ibu terbatas pada rumah tangga domestik. Sementara ayah:  
فِي أَهْلِهِ
Memikul tanggung jawab spiritual, moral, finansial, dan kepemimpinan keseluruhan keluarga.


Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.

Dari ayat-ayat dah hadis di atas:

1. Ingatlah bahwa ayah memikul beban lahir-batin demi keluarganya.
Seorang ayah sering memendam lelah, letih, dan tekanan batin dalam diam. Berbakti kepadanya adalah bentuk syukur atas pengorbanannya yang tak selalu terlihat.

2. Doakan ayah setiap hari, meski ia jarang meminta.  
Ayah mungkin tak pernah berkata, “Doakan ayah,” tapi doamu adalah kekuatan yang ia butuhkan—terutama saat ia lelah menjalankan perannya sebagai pemimpin dan pelindung keluarga.

3. Jangan tuntut ayah seperti raja, tapi hormatilah seperti pahlawan.
Jangan hanya mengukur ayah dari materi atau kelembutan kata. Hormatilah perjuangannya yang mungkin keras tapi tulus demi masa depan anak-anaknya.

4. Berbaktilah selagi ayah masih ada, karena waktu tidak akan kembali.
Banyak yang menyesal setelah ayah tiada. Maka, bersikap lembutlah padanya, dengarkan nasihatnya, dan bahagiakan dia dengan akhlak yang mulia—itu adalah hadiah terbaik untuk ayah.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللَّهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.


KHOTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ، أَمَّا بَعْدُ.

قَالَ اللّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْكَائِنِينَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. 

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. 

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ، رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ.

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Penyusun:
Dr. Ir. Adib Shururi, M.Pd.









.