Khotbah Jumat: Tiga Amalan Sederhana Seorang Wali Allah
KHOTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ، أَمَّا بَعْدُ.
أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ، اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.
Alhamdulillah, marilah kita panjatkan rasa syukur dan pujian hanya untuk Allah Yang Maha Esa, yang telah memberi kehidupan, nikmat, dan rahmat-Nya yang tiada tara.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, baginda Nabi Muhammad Saw yang mulia, yang menunjukkan jalan yang benar dalam setiap langkah kita. Tak lupa juga kepada keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir masa.
Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan jamaah semuanya, marilah kita selalu bertaqwa kepada-Nya, dengan menjaga keimanan dan amal ibadah kita, agar hidup kita penuh berkah dan terhindar dari bencana yang nyata.
Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.
Pernahkah kita mendengar tentang seseorang yang hidup di zaman Nabi, namun tak pernah sekalipun bertemu dengannya? Ia bukan ulama hadis, bukan ahli tafsir, bukan pakar fiqih. Ia bukan orang kaya, bukan pejabat, bukan pula seorang penguasa. Ia hanyalah seorang fakir miskin yang hidup dalam kesederhanaan.
Namun, ada satu keistimewaan luar biasa yang dimilikinya—doanya selalu dikabulkan oleh Allah. Begitu dahsyatnya karunia ini, hingga seorang pemimpin sebesar Umar bin Khattab dan para pejabat di masanya berusaha mencarinya, hanya demi mendapat doa darinya.
Siapakah dia? Dia adalah Uwais Al-Qarni, sosok yang namanya harum di langit meski tersembunyi di bumi.
Kisah tentangnya diabadikan dalam Shahih Muslim hadis nomor 4613, di mana diceritakan:
Suatu ketika Umar bertemu Uwais, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari kabilah Qaran. Ia dahulu menderita belang (barash) lalu sembuh darinya kecuali seukuran satu dirham. Ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepadanya. Jika ia bersumpah kepada Allah, pasti akan dikabulkan. Jika engkau bisa memintanya untuk memohonkan ampunan bagimu, maka lakukanlah.'"
Lalu Umar meminta kepada Uwais, "Mohonkanlah ampunan untukku."
Maka Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar.
Kemudian Umar bertanya kepadanya, "Kemana tujuanmu?"
Uwais menjawab, "Ke Kufah."
Umar berkata, "Maukah aku menuliskan surat rekomendasi untukmu kepada gubernurnya?"
Uwais menjawab, "Aku lebih suka berada di tengah-tengah orang biasa."
Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.
Itulah Uwais. seorang yang miskin, bukan orang yang kaya raya, bukan ulama ahli ilmu, dan bukan pejabat, tetapi begitu istimewa di mata Allah?
Ternyata, ada tiga amalan sederhana yang membuatnya diangkat menjadi wali Allah. Jika kita juga mengamalkan tiga amalan ini, insyaAllah kita pun bisa meraih kemuliaan di sisi Allah seperti Uwais al-Qarni.
Apa saja tiga amalannya?
1. Berbakti kepada Orang Tua
Uwais sangat berbakti kepada ibunya, bahkan ia rela meninggalkan kesempatan untuk bertemu dan bergabung dengan para sahabat Rasulullah demi menjaga ibunya. Dalam hadis disebutkan:
"لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ"
"Dia memiliki seorang ibu, dan dia sangat berbakti (merawat dan hormat) kepadanya. Jika ia bersumpah atas nama Allah, Allah pasti akan mengabulkan sumpahnya."
Seperti jalan tol yang bebas hambatan
Doa orang yang berbakti kepada ibunya seperti berkendara di jalan tol tanpa hambatan menuju ridha Allah. Doanya melaju dengan sangat cepat. Doanya pasti segera sampai dan dikabulkan oleh Allah.
Seperti surat yang ditandatangani seorang raja
Ibu adalah penguasa atau raja ridha Allah di muka bumi. Doa orang yang berbakti kepada ibu ibarat surat yang sudah ditandatangani oleh penguasa/raja, pasti surat itu penting, pasti akan dibaca oleh siapapun. Oleh sebab itu doanya pasti akan dibaca oleh Malaikat dan dikabulkan oleh Allah.
Dalam Hadis Shahih Bukhari No. 5514 disebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik (berteman baik denganku)?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Lalu siapa?' Beliau menjawab, 'Ayahmu.'"
Dalam hadis ini, mengapa Ibu Disebut Tiga Kali, Sementara Ayah Hanya Satu Kali?
Karena ibu menjalani tiga pengorbanan besar bagi anaknya, dua di antaranya adalah beban berat yang tidak bisa ditanggung oleh seorang ayah:
1. Mengandung (حمل) – Hanya ibu yang mampu mengandung, membawa janin dalam rahimnya selama sembilan bulan. Setiap hari ia menanggung beban janin yang terus bertambah dari 1-5 kg. Ia merasakan kelelahan, mual, nyeri, dan kesulitan bergerak. Namun, semua itu dijalani dengan penuh cinta. Saat melahirkan, nyawanya sendiri menjadi taruhannya.
2. Menyusui (رضاعة) – Hanya ibu yang bisa menyusui, memberi kehidupan kepada bayinya melalui air susunya yang penuh nutrisi terbaik. Selama dua tahun, ia harus memastikan makanannya cukup bergizi agar ASI yang dihasilkan bisa menyehatkan anaknya. Ia sering menahan lapar, kurang tidur, dan merasakan lelah yang tiada henti. Tak jarang, tubuhnya menjadi kurus kering karena energi dan kasih sayangnya terkuras demi buah hati.
3. Merawat dan Mendidik (تربية) – Ayah dan ibu sama-sama memiliki peran dalam merawat dan mendidik anak. Namun, ibu sering kali menjadi sosok utama yang selalu hadir dalam setiap tangisan, sakit, dan kebahagiaan anaknya, mencurahkan kasih sayang tanpa batas.
Inilah alasan mengapa Rasulullah Saw menyebut ibu tiga kali dalam hadisnya, sedangkan ayah hanya satu kali. Sebab, pengorbanan ibu begitu besar, dan cintanya tak bertepi.
2. Sabar terhadap Ujian
Uwais al-Qarni menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi ujian hidup, seperti penyakit kusta yang dideritanya. Itulah sebabnya kenapa ia mendapatkan kedudukan yang tinggi diata Allah. Dalam hadis disebutkan:
"كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ"
"Dia pernah mengidap penyakit kusta, kemudian sembuh darinya kecuali bekasnya yang sebesar dirham."
Orang kalau mau diangkat menjadi wali memang harus mendapatkan ujian. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (Al-Baqarah [2]:155)
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali) (Al-Baqarah [2]:156)
3. Tetap Menjadi Orang yang Sederhana
Meskipun Uwais memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan diberi keistimewaan, ia tetap hidup dengan kesederhanaan dan tetap jadi orang yang biasa saja. Dalam hadis disebutkan:
قَالَ أَلَا أَكْتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا قَالَ أَكُونُ فِي غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيَّ
(Ketika Uwais mau ke Kuffah), "Umar berkata, 'Apakah aku tidak menulis untukmu kepada penguasa di sana?' Uwais menjawab, 'Aku lebih suka berada di kalangan orang-orang yang terpinggirkan.'"
"تَرَكْتُهُ رَثَّ الْبَيْتِ قَلِيلَ الْمَتَاعِ"
"Aku (sahabat umar bin khattab) meninggalkannya dalam keadaan rumah yang sederhana, dengan sedikit harta."
Jemaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah Swt.
Itulah tiga amalan utama yang membuat Uwais al-Qarni menjadi seorang wali yaitu: berbakti kepada ibu, sabar dalam ujian, dan kesederhanaan hidup. Semoga kita bisa mencontoh ketiga amalan ini, sehingga kita mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللَّهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
KHOTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ، أَمَّا بَعْدُ.
قَالَ اللّهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْكَائِنِينَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ، رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ.
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللَّهِ، اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Penyusun:
Dr. Ir. Adib Shururi, M.Pd.
---------
Referensi:
Shahih Muslim 4613:
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَا أَتَى عَلَيْهِ أَمْدَادُ أَهْلِ الْيَمَنِ سَأَلَهُمْ أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ حَتَّى أَتَى عَلَى أُوَيْسٍ فَقَالَ أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ فَبَرَأْتَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ لَكَ وَالِدَةٌ قَالَ نَعَمْ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ فَاسْتَغْفِرْ لِي فَاسْتَغْفَرَ لَهُ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ الْكُوفَةَ قَالَ أَلَا أَكْتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا قَالَ أَكُونُ فِي غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيَّ قَالَ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْعَامِ الْمُقْبِلِ حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ فَوَافَقَ عُمَرَ فَسَأَلَهُ عَنْ أُوَيْسٍ قَالَ تَرَكْتُهُ رَثَّ الْبَيْتِ قَلِيلَ الْمَتَاعِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ فَأَتَى أُوَيْسًا فَقَالَ اسْتَغْفِرْ لِي قَالَ أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ فَاسْتَغْفِرْ لِي قَالَ اسْتَغْفِرْ لِي قَالَ أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ فَاسْتَغْفِرْ لِي قَالَ لَقِيتَ عُمَرَ قَالَ نَعَمْ فَاسْتَغْفَرَ لَهُ فَفَطِنَ لَهُ النَّاسُ فَانْطَلَقَ عَلَى وَجْهِهِ قَالَ أُسَيْرٌ وَكَسَوْتُهُ بُرْدَةً فَكَانَ كُلَّمَا رَآهُ إِنْسَانٌ قَالَ مِنْ أَيْنَ لِأُوَيْسٍ هَذِهِ الْبُرْدَةُ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali, Muhammad bin Al-Mutsanna, dan Muhammad bin Basyar. Ishaq berkata, "Telah mengabarkan kepada kami," sementara yang lain berkata, "Telah menceritakan kepada kami," dan lafaznya dari Ibnul Mutsanna.
Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam, ia berkata, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Qatadah, dari Zurarah bin Aufa, dari Usair bin Jabir. Ia berkata:
Umar bin Khattab, setiap kali datang bala bantuan dari penduduk Yaman, ia bertanya kepada mereka, "Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?" Hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan bertanya, "Apakah engkau Uwais bin Amir?"
Uwais menjawab, "Ya."
Umar bertanya, "Dari suku Murad, kemudian dari kabilah Qaran?"
Uwais menjawab, "Ya."
Umar bertanya, "Engkau dulu pernah menderita penyakit belang (barash) dan telah sembuh darinya kecuali seukuran satu dirham?"
Uwais menjawab, "Ya."
Umar bertanya lagi, "Engkau memiliki seorang ibu?"
Uwais menjawab, "Ya."
Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari kabilah Qaran. Ia dahulu menderita belang (barash) lalu sembuh darinya kecuali seukuran satu dirham. Ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepadanya. Jika ia bersumpah kepada Allah, pasti akan dikabulkan. Jika engkau bisa memintanya untuk memohonkan ampunan bagimu, maka lakukanlah.'"
Lalu Umar meminta kepada Uwais, "Mohonkanlah ampunan untukku."
Maka Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar.
Kemudian Umar bertanya kepadanya, "Kemana tujuanmu?"
Uwais menjawab, "Ke Kufah."
Umar berkata, "Maukah aku menuliskan surat rekomendasi untukmu kepada gubernurnya?"
Uwais menjawab, "Aku lebih suka berada di tengah-tengah orang biasa."
Pada tahun berikutnya, seorang dari kaum bangsawan mereka melaksanakan haji dan bertemu dengan Umar. Umar bertanya kepadanya tentang Uwais, lalu orang itu menjawab, "Aku meninggalkannya dalam keadaan rumahnya sederhana dan sedikit harta."
Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama bala bantuan dari penduduk Yaman, dari suku Murad kemudian dari kabilah Qaran. Ia dahulu menderita belang (barash) lalu sembuh darinya kecuali seukuran satu dirham. Ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepadanya. Jika ia bersumpah kepada Allah, pasti akan dikabulkan. Jika engkau bisa memintanya untuk memohonkan ampunan bagimu, maka lakukanlah.'"
Maka orang tersebut mendatangi Uwais dan berkata, "Mohonkanlah ampunan untukku."
Uwais menjawab, "Engkau lebih baru dalam perjalanan yang baik, maka mintalah ampunan untukku."
Orang itu berkata lagi, "Mohonkanlah ampunan untukku."
Uwais tetap menjawab, "Engkau lebih baru dalam perjalanan yang baik, maka mintalah ampunan untukku."
Orang itu bertanya, "Apakah engkau pernah bertemu dengan Umar?"
Uwais menjawab, "Ya."
Kemudian Uwais memohonkan ampunan untuknya.
Setelah itu, orang-orang mulai menyadari keberadaan Uwais, sehingga ia pergi menghindar.
Usair berkata, "Aku memberikan kepadanya sehelai mantel, lalu setiap kali seseorang melihatnya, mereka bertanya, 'Dari mana Uwais mendapatkan mantel ini?'"
------------